Budaya Indonesia
Rabu, 24 Oktober 2012
Sabtu, 08 September 2012
gua kucing
Goa kucing adalah salah satu tempat wisata di Kab. Probolinggo, yang tepatnya berada di pulau Gili Ketapang kecamatan Sumberasih.
Dipulau Gili Ketapang sendiri, dapat di temukan suasana yang berbeda, lebih alami dan natural dengan pemandang alam laut lepas dengan suasana pasir putih yang nyaman di kaki. Selain itu, selama di Gili Ketapang sobat blogger juga bisa melakukan menyelam dan berlayar, snorkling and diving!
kembali ke topik utama.!!!!!!
selain menikmati pesona laut lepas dengan butiran pasir putih, di pulau Gili Ketapang sobat blogger juga bisa menikmati wisata religi yang ada di Goa Kucing yang dikeramatkan. Menurut sejarah, goa Kucing merupakan petilasan Syech Ishaq seorang penyebar agama Islam dalam perjalanannya dari Gresik menuju Blambangan, Banyuwangi . Pada waktu itu terdapat puluhan ribu ekor kucing dan juga terdapat kucing yang kepalanya bertuliskan bahasa Arab. Ketika tokoh penyebar Agama Islam tersebut meninggalkan pulau ini, kucing-kucing tersebut ditinggalkan begitu saja sehingga hilang tak tentu arah. Tetapi setiap malam Jum'at Legi suara“meong” terdengar bergantian disela-sela goa dan jika suara tadi dikejar, suara meoang tersebut akan hilang tak terdengar lagi, sedang kucingnya tidak juga tampak. Hingga kini, banyak orang berkunjung ke pualau Gili Ketapang mengharapkan berkah dari Goa Kucing tersebut, terutama pada malam Jum'at Legi.
Dipulau Gili Ketapang sendiri, dapat di temukan suasana yang berbeda, lebih alami dan natural dengan pemandang alam laut lepas dengan suasana pasir putih yang nyaman di kaki. Selain itu, selama di Gili Ketapang sobat blogger juga bisa melakukan menyelam dan berlayar, snorkling and diving!
kembali ke topik utama.!!!!!!
selain menikmati pesona laut lepas dengan butiran pasir putih, di pulau Gili Ketapang sobat blogger juga bisa menikmati wisata religi yang ada di Goa Kucing yang dikeramatkan. Menurut sejarah, goa Kucing merupakan petilasan Syech Ishaq seorang penyebar agama Islam dalam perjalanannya dari Gresik menuju Blambangan, Banyuwangi . Pada waktu itu terdapat puluhan ribu ekor kucing dan juga terdapat kucing yang kepalanya bertuliskan bahasa Arab. Ketika tokoh penyebar Agama Islam tersebut meninggalkan pulau ini, kucing-kucing tersebut ditinggalkan begitu saja sehingga hilang tak tentu arah. Tetapi setiap malam Jum'at Legi suara“meong” terdengar bergantian disela-sela goa dan jika suara tadi dikejar, suara meoang tersebut akan hilang tak terdengar lagi, sedang kucingnya tidak juga tampak. Hingga kini, banyak orang berkunjung ke pualau Gili Ketapang mengharapkan berkah dari Goa Kucing tersebut, terutama pada malam Jum'at Legi.
Rabu, 29 Agustus 2012
Tari Glipang
Tari Glipang, tarian asli kabupaten Probolinggo
Tari Glipang adalah sebuah tari rakyat yang merupakan bagian dari pada kesenian tradisional Kabupaten Probolinggo.Tidak ada bedanya dengan tari Remo yaitu sebuah tari khas daerah Jawa Timur yang merupakan bagian dari kesenian Ludruk.Parmo cucu pencipta Tari Glipang kepada Bromo Info mengatakan Tari Glipang berasal dari kebiasaan masyarakat. Kebiasaan yang sudah turun temurun tersebut akhirnya menjadi tradisi. Dia menjelaskan, Glipang bukanlah nama sebenarnya tarian tersebut..
“Awalnya nama tari tersebut “Gholiban” berasal dari Bahasa Arab yang artinya kebiasaan. Dari kebiasaan-kebiasaan tersebut akhirnya sampai sekarang menjadi tradisi,” kata Parmo asal warga Pendil Kecamatan Banyuanyar.
Di ceritakan oleh Parmo, Tari Glipang (Gholiban) tersebut dibawa oleh kakek buyutnya yang bernama Seno atau lebih dikenal Sari Truno dari Desa Omben Kabupaten Sampang Madura.Sari Truno membawa topeng Madura tersebut untuk menerapkan di Desa Pendil.
“Ternyata masyarakat Desa Pendil sangat agamis.Masyarakat menolak adanya topeng Madura tersebut.Karena didalamnya terdapat alat musik gamelan.Sehingga kakek saya merubahnya menjadi Raudlah yang artinya olahraga,” lanjut Parmo.
Sari Truno kemudian mewariskan kebiasaan tersebut kepada putrinya yang bernama
Pertama tari olah keprajuritan atau yang biasa disebut dengan Tari Kiprah Glipang.Tari Kiprah Glipang ini menggambarkan ketidakpuasan Sari Truno kepada para penjajah Belanda.Dari rasa ketidakpuasan tersebut akhirnya menimbulkan napas besar.Tari Kiprah Glipang ini sudah terkenal secara Internasional dan sudah mendapatkan beberapa piagam perhargaan.
“Tari Kiprah Glipang pernah menjadi 10 besar tingkat nasional tahun 1995.Selain itu juga pernah datang ke Istana Presiden di Jakarta sebanyak 5 kali diantaranya waktu menyambut kedatangan Presiden Kamboja dan Presiden Pakistan.Saya juga pernah diundang ke Jakarta waktu peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke- 39,” tambah Parmo.
Tari Kiprah Glipang yang telah diciptakan oleh Sari Truno benar-benar serasi dan sejiwa dengan pribadi penciptanya.Jiwa Sari Truno yang sering bergolak melawan prajurit-prajurit Belanda pada waktu itu diekspresikan melalui bentuk tari ini.
Kedua, Tari Papakan yang mempunyai makna bertemunya seseorang setelah lama berpisah.”Waktu itu digambarkan bertemunya Anjasmara dengan Damarwulan.Dimana waktu itu Damarwulan diutus untuk membunuh Minakjinggo.Akhirnya Damarwulan berhasil dengan dibantu oleh 2 istri Minakjinggo.Tapi sebelum bertemu Anjasmara, Damarwulan di hadang oleh Layang Seto dan Layang Kumitir di Daerah Besuki,” jelas Parmo.
Ketiga, Tari Baris yang menggambarkan para prajurit Majapahit yang berbaris ingin tahu daerah Jawa Timur.”Waktu itu prajurit Majapahit tersebut berbaris di daerah Jabung untuk mengetahui daerah Jawa Timur.Awalnya tari ini berawal dari badut, lawak, dan kemudian berubah menjadi cerita rakyat,” terang Parmo.
Menurut Parmo yang menjadi latar belakang dirinya tetap eksis di Tari Glipang diantaranya ingin melestarikan budaya yang dibawa oleh kakek buyutnya Sari Truno.Selain itu kakeknya membawa topeng Madura tersebut dari Madura hanya dengan naik ikan Mongseng.Parmo juga ingin mengembangkan warisan kakek buyutnya kepada generasi muda terutama yang ada di Kabupaten Probolinggo.
“Untuk menghormati perjuangan kakek buyut Sari Truno, saya dan keturunan saya akan tetap melestarikannya sampai kapanpun.Apalagi waktu itu kakek saya rebutan topeng tersebut dengan sesama orang Madura.Sehingga saya sampai 7 turunan tidak boleh bertemu dengan saudara dari Madura.Kakek saya juga naik ikan Mongseng dari Madura ke Jawa, sehingga 7 turunannya diharamkan untuk makan ikan Mongseng tersebut,” imbuh Parmo
source : situs kabupaten probolinggo
Langganan:
Postingan (Atom)